Prematuritas dan Dismaturitas, Apa Perbedaannya?

BERAT BADAN LAHIR RENDAH
Istilah prematur telah diganti menjadi berat badan lahir rendah (BBLR) oleh WHO sejak 1960, hal ini karena tidak semua bayi dengan berat kurang dari 2500 gram pada waktu lahir adalah bayi yang prematur (Budjang R.F., 1999).
Pada kongres European Perinatal Medicine II di London (1970) dibuat keseragaman defenisi (Hasan dan Alatas, 1985), yaitu sebagai berikut.
• Bayi kurang bulan : Bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37
minggu (259) hari.
• Bayi cukup bulan : Bayi dengan masa kehamilan mulai 37 minggu sampai 42 minggu (259 – 293 hari).
• Bayi lebih bulan : Bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu atau lebih (294 hari atau lebih).
Menurut Saifuddin (2001), Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram).
Menurut Depkes RI (1996), bayi berat lahir rendah ialah bayi yang lahir dengan berat 2500 gram atau kurang tanpa memerhatikan usia kehamilan.
Dari pengertian tersebut, BBLR dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu prematuritas murni dan dismaturitas. Disebut Prematuritas murni jika masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasinya, biasa pula disebut neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan (NKB-SMK).
Dismaturitas ialah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasinya. Artinya, bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya. (Alatas dan Hasan, 1985).
Menurut Rustam (1998), diagnosis dan gejala klinik dibagi dua, yaitu sebagai berikut.
1. Sebelum bayi lahir. Pada anamnesis sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus prematurus, lahir mati, pembesaran uterus tidak sesuai dengan usia kehamilan, pergerakan janin yang pertama terjadi lebih lambat, pertambahan berat badan ibu sangat lambat tidak seperti seharusnya, sering dijumpai kehamilan dengan oligohidramnion, hiperemesis gravidarum, dan perdarahan antepartum.
2. Setelah bayi lahir.
a. Bayi dengan retardasi pertumbuhan intrauterin. Secara klasik tampak seperti bayi yang kelaparan. Tanda – tanda bayi ini adalah tengkorak kepala keras, gerakan bayi terbatas, verniks kaseosa sedikit atau tidak ada, kulit tipis, kerang, berlipat – lipat, mudah diangkat.
b. Bayi prematur. Verniks kaseosa ada, jaringan lemak bawah kulit sedikit, menangis lemah, tonus otot hipotoni, kulit tipis, kulit merah dan transparan.
Menurut Prawirohardjo (1999), karakteristik dari BBLR dibagi dua.
1. Bayi prematur. Berat lahir sama dengan atau kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang atau sama dengan 45 cm, lingkaran dada kurang dari 30 cm, lingkaran kepala kurang dari 33 cm, usia kehamilan kurang dari 37 minggu. Kepala relatif lebih besar dari badannya, kulit tipis, transparan, lanugo banyak, lemak sub kutan kurang, sering tampak peristaltik ususnya, tangisnya lemah dan jarang, pernapasan tidak teratur dan sering terjadi apnea.
2. Bayi dismatur. Terdapat perubahan ukuran panjang, berat dan lingkar kepala dan organ – organ.
Penanganan bayi berat lahir rendah meliputi hal – hal berikut.
a. Mempertahankan suhu dengan ketat. Bayi berat lahir rendah mudah mengalami hipotermia. Oleh karena itu, suhu tubuhnya harus dipertahankan dengan ketat.
b. Mencegah infeksi dengan ketat. Dalam penanganan bayi berat lahir rendah harus memerhatikan prinsip – prinsip pencegahan infeksi karena sangat rentan. Salah satu cara pencegahan infeksi, yaitu dengan mencuci tangan sebelum memegang bayi.
c. Pengawasan nutrisi dan ASI. Refleks menelan pada bayi dengan berat lahir rendah belum sempurna. Oleh karena itu, pemberian nutrisi harus dilakukan dengan hati – hati.
d. Penimbangan ketat. Penimbangan berat badan harus dilakukan secara ketat karena peningkatan berat badan merupakan salah satu indikator status gizi / nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh (Saifuddin, 2001).

DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. (1999). Indonesia Sehat 2010. Jakarta: Depkes.
Depkes RI. (1999). Profil Kesehatan Ibu dan Anak di Indonesia. Jakarta: Depkes.
Manuaba, IBG. (2002). Konsep Obstetri dan Ginekologi Sosial Indonesia. Jakarta: EGC.
Syahlan (1996). Kebidanan Komunitas. Jakarta: Yayasan Sumber Daya Masyarakat.